Beranda | Artikel
Keutamaan Meninggalkan Perbuatan Keji
Senin, 7 Desember 2009

Imam Bukhari rahimahullah mengatakan di dalam Shahihnya di kitab al-Muharibin:

Bab. Keutamaan orang yang meninggalkan perbuatan-perbuatan keji.

Muhammad bin Sallam menuturkan kepada kami. Dia berkata: Abdullah mengabarkan kepada kami dari Ubaidullah bin Umar dari Khubaib bin Abdurrahman dari Hafsh bin ‘Ashim dari Abu Hurairah –radhiyallahu’anhu– dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan diberikan naungan oleh Allah pada hari kiamat ketika tiada naungan kecuali naungan dari-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Allah, seorang lelaki yang mengingat Allah dalam kesepian sehingga mengalirlah -air mata- dari kedua matanya, seorang lelaki yang hatinya senantiasa tergantung di masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, seorang lelaki yang diajak oleh perempuan yang berkedudukan serta cantik untuk melakukan sesuatu dengannya namun dia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, dan seorang lelaki yang bersedekah dengan sesuatu dengan menyembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya pun tidak mengerti apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.” (Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman, hal. 1368. Hadits no. 6806)

Imam Bukhari rahimahullah mengatakan di dalam Shahihnya di kitab ar-Riqaq:

Bab. Neraka itu diliputi dengan berbagai perkara yang disukai oleh hawa nafsu/syahwat.

Isma’il menuturkan kepada kami. Dia berkata: Malik menuturkan kepadaku dari Abu Zinad dari al-A’raj dari Abu Hurairah –radhiyallahu’anhu– bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Neraka itu diliputi oleh perkara-perkara yang disukai oleh hawa nafsu, sedangkan surga diliputi dengan perkara-perkara yang tidak disukai -oleh nafsu-.” (Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman, hal. 1317. Hadits no. 6487)

Imam Muslim rahimahullah mengatakan di dalam Shahihnya di kitab ar-Riqaq:

Muhammad bin al-Mutsanna dan Muhammad bin Basyar menuturkan kepada kami. Mereka berdua berkata: Muhammad bin Ja’far menuturkan kepada kami. Dia berkata: Syu’bah menuturkan kepada kami dari Abu Maslamah, dia berkata: Aku mendengar Abu Nadhrah menyampaikan hadits dari Abu Sa’id al-Khudri –radhiyallahu’anhu– dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah/penerus generasi di atasnya untuk melihat bagaimanakah yang kalian kerjakan. Oleh sebab itu maka berhati-hatilah kalian terhadap -fitnah- dunia dan -terutama- wanita, karena sesungguhnya fitnah yang pertama kali melanda Bani Isra’il adalah soal wanita.” (Shahih Muslim yang dicetak bersama syarahnya, jilid 9 hal. 7-8. hadits no. 2742)

Imam Muslim rahimahullah mengatakan di dalam Shahihnya di kitab at-Taubah:

Muhammad bin al-Mutsanna menuturkan kepada kami. Dia berkata: Muhammad bin Ja’far menuturkan kepada kami. Dia berkata: Syu’bah menuturkan kepada kami dari Amr bin Murrah. Dia berkata: Aku mendengar Abu Ubaidah menyampaikan hadits dari Abu Musa –radhiyallahu’anhu– dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla senantiasa membentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat pelaku dosa di waktu siang dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubat pelaku dosa di waktu malam, sampai matahari terbit dari tempat tenggelamnya.” (Shahih Muslim yang dicetak bersama syarahnya, jilid 9 hal. 26. hadits no. 2759)

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “… orang yang tidak menerima hadits maka tidak ada lagi yang bisa memberikan manfaat untuknya, orang seperti ini di dalam hatinya terdapat penyakit.” (muqaddimah Kitab al-Arba’in fi Madzhab as-Salaf karya Syaikh Ali bin Yahya al-Haddadi, hal. 3)


Artikel asli: http://abumushlih.com/keutamaan-meninggalkan-perbuatan-keji.html/